Kamis, 20 Desember 2012

Tari Wayang




TARI WAYANG
Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.
Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :
  1. Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca, dll
  2. Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali dll.
  3. Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.
Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya karakter tari pria dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.
Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :
  • Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu.
  • Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa
  • Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya
  • Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima
  • Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca
  • Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.
Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang memiliki tiga gerakan utama yaitu :
Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan, dan calok sembahan
Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan dari gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig. Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.

Tari Topeng




TARI TOPENG
Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.
Bentuk pertunjukkan tari topeng dibedakan atas dua bentuk pertunjukan yaitu topeng Cirebon dan Topeng Priangan. Adapun bentuk pertunjukkan Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :
  • Topeng Babarang / Baragan
  • Topeng Hajatan / Dinaan
  • Topeng Ngunjung
  • Topeng Kuputarung
Sedangkans topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan)
Susunan penyajian tari topeng pun memiliki perbedaan. Tari Topeng Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu :
Panji, dilakukan pada bagian pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna putih
  • Pamindo/Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika
  • Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink)
  • Tumenggung/Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis
  • Kelana/Rowana: menggambarkan personalitas raja yang gagah dan angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan. Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota susun emas.
Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan dayun.
Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :
  • Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.
  • Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.
  • Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar.

Rabu, 12 Desember 2012

Tari Khusus



TARI KURSUS
Berdasarkans etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda Curcus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.
Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya. Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan kaya akan pokabuler gerak.
Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan yakni :
1.    Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias Lungguh.
2.    Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah
3.    Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.
4.    Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh
5.    Tari Kastawa : karakternya agung
1.    pokok yang satu kepada yang lain
2.    Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.
Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang, bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar. Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.
Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang terdiri dari :
3.    Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan
4.    Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata
5.    Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk mencapai bentuk atau sikap lainnya
6.    Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-gerak

Tari Jaipong




TARI JAIPONG
Gerakan-gerakan pada TARI JAIPONG sangat dipengaruhi oleh kliningan, pencak silat, seni ketuk tilu, dan ronggeng sehingga terbentuk GERAKAN TARI YANG INDAH dan enak untuk kita tonton

Dalam garak Tari Jaipong dapat dibedakan dari beberapa bagian diantaranya
1. Gerakan pembuka yang disebut juga Bukaan
2 . Bagian dari gerakan-gerakan yang disebut Pencungan
3.  pemberhentian atau titik disebut Ngala
4.  Pindahan dari peralihan sesudah ngala disebut Mincit
Dalam perjalanannya kesenian Jaipongan terjadi pro kontra mengenai keerotisan dalam pakaian dan gaya tariannya. namun meski demikian seni JAIPONGAN masih tetap eksis di berbagai acara pentas nasional maupun Internasional
Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki budaya yang unik dan menarik. Salah satunya adalah seni tari. Berikut merupakan tarian khas Jawa Barat berikut tata rias dan tata busananya :

Minggu, 02 Desember 2012

Tari Tradisional Jawa Barat

Kesenian daerah Jawa Barat beraneka ragam. Seni pertunjukannya pun meliputi seni karawitan, seni tari, atau teater tradisional. Selain itu juga terdapat banyak seni ukir seperti, wayang golek dan topeng. Seni kerajinan tangan pun tak kalah menariknya, misalnya batik, anyaman, payung, dan tenun.

Wayang golek adalah seni pertunjukan yang mempergunakan golek atau sejenis boneka dengan menampilkan cerita Ramayana dan Mahabarata yang dilakukan seorang dalang.

Degung adalah seni karawitan atau gamelan Sunda klasik dengan instrumen sederhana serta iringan lagu yang halus. Instrumennya terdiri dari bonang sebagai melodi, suling atau rincik, kendang, jeglong, dan lain-lain.

Tarian tradisional yang terdapat di Jawa Barat pun bermacam-macam. Ada Tari Jaipong. Ada Tari Bajidor Kahot. Ada pula Tari Topeng. Tari Topeng berasal dari Cirebon. Pada saat menari, penarinya menggunakan topeng. Terkadang, Tari Topeng dimainkan oleh seorang penari, atau bisa juga beberapa orang. Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik kendang dan rebab merupakan ciri khas dari Tari Topeng. Tari Topeng adalah tarian yang mengisahkan seorang raja yang cintanya tidak mendapat sambutan.

Tari Merak adalah tarian yang menggambarkan kehidupan buruk merak yang suka memamerkan keindahan bulunya. Sementara Tari Jaipong adalah tari kreasi baru yang merupakan perpaduan beberapa kesenian di Jawa Barat, seperti ketuk tilu, banjet, longser, bajidor, dan pencak silat. Selain itu, ada pula Sisingaan, yaitu tarian arakan gotong singa yang sangat populer di daerah Kuningan.